Selasa, 28 November 2017

DEFINISI
Emfisema merupakan gangguan pengembangan paru-paru yang ditandai oleh pelebaran ruang udara didalam paru-paru disertai destruksi jaringan. Sesuai dengan definisi tersebut, maka dapat dikatakan bahwa tidak termasuk emfisema jika ditemukan kelainan berupa pelebaran ruang udara ( Alveolus ) dapat disertai adanya destruksi jaringan. Namun, keadaan tersebut hanya sebagai ‘overinflation’. Menurut Brunner & Suddarth (2002), Emfisema didefinisikan sebagai distensi abnormal ruang udara di luar bronkiolus terminal dengan kerusakan dinding alveoli. merurut Doengoes (2000), Emfisema merupakan bentuk paling berat dari Penyakit Paru Obstruktif Menahun (PPOM) yang dikarakteristikkan oleh inflamasi berulang yang melukai dan akhirnya merusak dinding alveolar sehingga menyebabkan banyak bula (ruang udara) kolaps bronkiolus pada ekspirasi (jebakan udara).

ETIOLOGI
Ada beberapa pencetus atau penyebab terjadinya emfisema, yaitu :
 a. Rokok
      Rokok adalah penyebab utama timbulnya bronkitits kronik dan emfisema paru. Secara patologis rokok berhubungan dengan hyperplasia kelenjar mucus bronkus dan metaplasia epitel skuamus saluran pernapasan.
        b. Faktor Genetik
       Faktor genetic mempunyai peran pada penyakit emfisema. Faktor genetic diataranya adalah atopi yang ditandai dengan adanya eosinifilia atau peningkatan kadar imonoglobulin E (IgE) serum, adanya hiper responsive bronkus, riwayat penyakit obstruksi paru pada keluarga, dan defisiensi protein alfa – 1 anti tripsin.
        c. Hipotesis Elastase-Anti Elastase
      Didalam paru terdapat keseimbangan antara enzim proteolitik elastase dan anti elastase supaya tidak terjadi kerusakan jaringan. Perubahan keseimbangan menimbulkan jaringan elastik paru rusak. Arsitektur paru akan berubah dan timbul emfisema.    
        d. Infeksi
    Infeksi menyebabkan kerusakan paru lebih hebat sehingga gejalanya lebih berat. Infeksi pernapasan bagian atas pasien bronchitis kronik selalu menyebabkan infeksiparu bagian dalam, serta menyebabkan kerusakan paru bertambah. Bakteri yang di isolasi paling banyak adalah haemophilus influenzae dan streptococcus pneumoniae. 
        e. Polusi
     Sebagai factor penyebab penyakit, polusi tidak begitu besar pengaruhnya tetapi bila ditambah merokok resiko akan lebih tinggi.

PATOGENESIS
Terdapat empat perubahan patologik yang dapat timbul pada pasien emfisema, yaitu :
a. Hilangnya elatisitas paru-paru.
         Protease (enzim paru-paru) mengubah atau merusak alveoli dan saluran napas kecil dengan cara merusak serabut elastis. Sebagai akibatnya. Kantung menyempit. Beberapa alveoli menjadi rusak dan yang lainnya kemungkinanmenjadi membaesar.
          b. Hiperinfllasi paru-paru.
        Perbesaran alveoli sehingga paru-paru sulit untuk dapat kembali ke posisi istirahat normal selama ekspirasi.
           c. Terbentuknya bullae.
        Dinding alveolus membengkak dan berhubungan untuk membentuk suatu bullae (ruangan tempat udara di antara parenkim paru-paru) yang dapat dilihat pada pemeriksaan X-ray.
Kolapsnya jalan napas kecil dan udara terperangkap.
Ketika pasien berusaha untuk ekshalasi secara kuat, tekanan positif intratoraks akan menyebabkan kolapsnya jalan napas.

    MANIFESTASI KLINIS
      a.    Penampilan Umum
             1)        Kurus, warna kulit pucat, dan flattened hemidiafragma.
             2)        Tidak ada tanda CHF (Congestive Heart Failure) kanan dengan edema dependen pada                          stadium akhir.
             b.    Usia 65 – 75 tahun.
             c.    Pengkajian fisik
1)      Napas pendek persisten dengan peningkatan diapnea.
2)      Infeksi sistem respirasi.
3)      Pada auskultasi terdapat penurunan suara napas meskipun dengan napas dalam.
4)      Wheezing ekspirasi tidak ditemukan dengan jelas.
d.   Pemeriksaan jantung.
1)      Tidak terjadi pembesaran jantung. Cor pulmonal timbul pada stadium akhir.
2)      Hematokrit <  60 %
e.    Riwayat merokok
           Biasanya terdapat riwayat merokok, tapi tidak selalu ada.

      PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a.  Rontgen dada
Menunjukkan hiperinflasi, pendataran diafragama, pelebaran margin intercosta, dan jantung normal.
b.  Spirometri
Pemeriksaan fungsi pulmonary, biasanya menunjukkan peningkatan kapasitas paru total dan volume residual, penurunan dalam kapsitas vital dan volume ekspirasi kuat
c.  Pemeriksaan gas-gas darah arteri
        Dapat menunjukkan hipoksia ringan dengan hiperkapnia.

      PENATALAKSANAAN
a.       Pemberian terapi untuk meningkatkan ventilasi dan menurunkan kerja napas.
b.      Mencegah dan mengobatiinfeksi.
c.       Teknik terapi fisik untuk memperbaiki dan meningkatkan ventilasi paru-paru.
d.      Memelihara kondisi lingkungan yang memungkinkan untuk memfasilitasi pernapasan.
e.       Dukungan psikologis.
f.       Pendidikan kesehatan pasien dan rehabilitasi.

KOMPLIKASI
a. Sering mengalami infeksi pada saluran pernafasan
b. Daya tahan tubuh kurang sempurna
c. Tingkat kerusakan paru semakin parah
d. Proses peradangan yang kronis pada saluran nafas
e. Pneumonia
f. Atelaktasis
g. Pneumothoraks
h, Meningkatkan resiko gagal nafas pada pasien.

KLASIFIKASI
Terdapat tiga tipe dari emfisema :
a.       Emfisema sentriolobular (centriacinar)
Merupakan tipe yang sering muncul dan memperlihatkan kerusakan bronkhiolus, biasanya pada daerah paru-paru atas. Inflamasi merambah sampai bronkhiolius tetapi biassanya kantung alveolus tetap bersisa. Bisa dilihat di Gambar (1).
b.      Emfisema panlobular (panacinar)
Merusak ruang udara pada seluruh asinus dan umumnya juga merusak paru-paru bagian bawah. Tipe ini sering disebut centriacinar emfisema, sering kali timbul pada perokok. Panacinar timbul pada orang tua dan pasien dengan defisiensi alpha-antitripsin. Bisa dilihat di Gambar (2).
c.       Emfisema paraseptal
merusak alveoli lobus bagian bawah yang mengakibatkan isolasi blebs (udara dalam alveoli) sepanjang perifer paru-paru. Paraseptal emfisema dipercaya sebagai sebab dari pneumotorak spontan. Bisa dilihat di Gambar (3).



Gambar.1


Gambar.2


Gambar.3
Pada keadaan lanjut, terjadi peningkatan dyspneadan infeknsi pulmoner dan sering kali timbul Cor Pulmonal (CHF bagian kanan).

PATOFISIOLOGI
Emfisema merupakan kelainan di mana terjadi kerusakan pada dinding alveolus yang akan menyebabkan overdistensi permanen ruang uddara. Perjalanan udara akan terganggu akibat dari perubahan ini. Kesulitan selama ekspirasi pada emfisema merupakan akibat dari adanya destruksi dinding (septum) di antara alveoli, jalan napas kolaps sebagian, dan kehilangan elastisitas untuk mengerut atau recoil. Pada saat alveoli dan septum kolaps, udara akan tertahan di antara ruang alveolus (disebut blebs) dan di antara parenkim paru-paru (disebut bullae). Proses ini akan menyebabkan peningkatan ventilator pada ‘dead space’ atau area yang tidak mengalami pertukaran gas dan darah.
Kerja napas meningkat dikarenakan terjadinya kekurangan fungsi jaringan paru-paru untuk melakuakan pertuakaran  dan . Emfisema juga menyebabkan destruksi kapiler paru-paru, selanjutnya terjadi penurunan perfusi  dan penurunan ventilasi. Emfisema masih dianggap normal jika sesuai dengan usia, tetapi jika hal ini timbul pada pasien yang berusia muda biasanya berhubungan dengan bronchitis kronis dan merokok (lihat gambar WOC Emfisema).

WOC Emfisema


DAFTAR PUSTAKA 


Somantri, Irman. 2007. Keperawatan Medikal Bedah. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar